177 views 3 mins 0 comments

Usung Tema “Perjumpaan”, Festival Sastra Kota Malang Upayakan Ruang Kolaboratif

In Agenda, Kolektif
October 19, 2023

Malang – Festival Sastra Kota Malang (FSKM) memulai rangkaian acara hari pertama pada 19 Oktober 2023 bertempat di Pan Java Mulyoagung, Dau. Mengusung tema “Perjumpaan”, FSKM akan melangsungkan acara selama 4 hari ke depan sampai dengan Minggu, 22 Oktober 2023. Acara yang mengusung proses kreatif dan dinamika kesusastraan kota Malang ini pertama kali dilaksanakan pada 2018 dengan nama Pekan Sastra, yang kemudian bertransormasi menjadi FSKM.

Pada hari pertama, rangkaian acara diawali dengan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan orasi budaya oleh Prof. Djoko Saryono. Setelah itu, acara disambung dengan pembacaan puisi, beberapa diskusi, peluncuran buku, hingga pertunjukan teater. Pada hari pertama, FSKM berhasil menghadirkan sejumlah pihak untuk berkolaborasi, beberapa di antaranya adalah Kamateatra Art Project, Malang Dance Company, hingga para sastrawan dan seniman Malang lainnya. Acara berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 21.30 WIB.

 

Kemunculan FSKM di tengah hiruk pikuk keseharian padat kota Malang merupakan buah inisiasi dari Komunitas Pelangi Sastra. Terealisasinya acara ini merupakan bentuk apresasi dan fasilitasi yang diperoleh dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusbanglin Kemendikbud) demi tercapainya penguatan komunitas. Deni selaku koordinator Komunitas Pelangi Sastra berharap FSKM dapat menjadi acara yang berkelanjutan atau sebagai pemantik untuk acara-acara sastra selanjutnya. Saat dimintai keterangan soal jumlah narasumber, Deni menyebutkan “hampir kurang lebih 100”.

Sebagai inisiator FSKM, Pelangi Sastra menggandeng beberapa kelompok seperti perpustakaan jalanan, komunitas literasi, teater, seni, seni rupa, musisi, penulis, dan pihak-pihak dari berbagai lintas disiplin ilmu sebagai upaya untuk membangun ruang kolaboratif. Dandy, Ketua Pelaksana, menerangkan terkait tema “Perjumpaan: Mengingat Masa Lalu, Membaca Masa Kini, Membayangkan Masa Depan” yang menegaskan kembali bahwa Malang sebagai kota kosmopolit. Label kosmopolit yang menempel pada kota Malang ditunjukkan pada kondisi yang selalu “bergerak” sejalan dengan orang-orang yang datang dan pergi dari kota ini. FSKM kemudian berupaya melacak dan mempertemukan hal-hal apa yang bisa ditemukan di masa lalu, sehingga dapat dibaca di masa kini, hingga menjadi bayangan dan prediksi untuk kebutuhan di masa depan.

“Di satu sisi, festival sastra ini penting, karena menjadi salah satu upaya untuk mengisi ruang. Di ruang publik yang neoliberal ini, kita perlu untuk mengaktivasi acara-acara yang bernuansa counter hegemony. Saya melihat FSKM pada titik tertentu semacam memiliki tendensi ke arah tersebut”, terang Rafi Azzamy sebagai hadirin saat diwawancarai di spot pasar buku FSKM. Saat ditanya lebih lanjut, Rafi menganggap bahwa dengan adanya pasar buku dan ajakan membaca telah menjadi bentuk representasi dari counter hegemony terhadap tuntutan globalisasi serta SDG’s.

Hari kedua FSKM akan jatuh pada 20 Oktober 2023 dengan segenap rangkaian acara yang tak kalah menarik dari hari pembukaan. Terdapat beberapa panggung diskusi, bincang buku, pemutaran film, serta jamming puisi. Sembari menikmati acara, pengunjung juga dapat membeli buku-buku di pasar buku yang berada di dekat lokasi utama. Nantikan dan hadiri FSKM hingga hari terakhir sebagai bentuk partisipasi aktif demi membangun ruang alternatif.

 

-CP