281 views 4 mins 0 comments

Perjalanan Menjadi Perempuan (Ibu), Adalah Perjalanan Memeluk Diri Sendiri

In Asuh, Gaya Hidup
February 06, 2024

Perempuan tercipta dengan berbagai kompleksitas yang melekat pada dirinya. Perjalanan kualitas hidupnya hampir mayoritas diukur dengan kultur yang terbentuk di sekelilingnya. Secara kodrat perempuan dianugerahi sebuah hal ajaib yang hampir tak bisa dilogikakan secara mendetail bagaimana ia mampu melewatinya, yakni menstruasi, melahirkan, dan menyusui. Perempuan-perempuan pada setiap generasi terus bertumbuh mengikuti arus pengetahuan dan juga terus membawa kodrat yang Tuhan berikan untuk senantiasa melekat pada dirinya. Dunia juga terus berputar, memberikan berbagai kesempatan, dan wadah untuk perempuan dapat berdiaspora memainkan peran yang ingin ia jalani dalam mengarungi hidup, tak terkecuali seorang Ibu.

Namun, segala perubahan dan kemudahan yang tersaji di era kekinian ini tidak lantas membuat perempuan tidak memiliki gejolak problematik yang merenggut kewarasan. Kita tidak lagi bertarung dengan narasi patriarkal bahwa perempuan cukup “macak, manak, dan masak”, tetapi beban ganda antara domestik dan publik menjadi sebuah soal yang perlu perhatian dari lingkup terdekat. Ranah publik merupakan sebuah wilayah kebutuhan perempuan era kini, salah satu aktivis gender bernama Nurul Hidayati dalam Jurnal Muwazah No 2, Vol 7, 2015 menyampaikan, “Masuknya perempuan ke wilayah publik disebabkan berbagai faktor antara lain: pendidikan perempuan yang semakin tinggi, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk bersaing dengan laki-laki di sektor publik; karena keinginan untuk maju dan berkembang; karena adanya tuntutan zaman yang memang sudah berubah dan, karena alasan meningkatkan eksistensi diri. Alasan yang paling klasik, khususnya bagi keluarga miskin, adalah, untuk mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.”

Tingginya kesadaran perempuan untuk terus mengembangkan diri meskipun kultur tidak pernah berpihak pada mereka seutuhnya, membuat perempuan (Ibu) tumbuh sebagai salah satu manusia yang rentan mengalami berbagai permasalahan psikologis. Hal demikian tidak serta merta cukup kita komparasikan dengan kualitas keimanan saja, tetapi perlu adanya evaluasi menyeluruh terkait beban ganda yang melekat pada dirinya. Pasalnya mengelola seluruh tugas domestik sudah cukup menguras tenaga, dan akan ditambah lagi dengan beban publik yang ia geluti. Narasi basi yang kerap menyita semangat pekerja perempuan adalah narasi yang membanding-bandingkan pertumbuhan dan kepiawaian masing-masing perempuan dalam melakoni setiap kegiatan yang ia jalani. 

Perlu diketahui bahwa karakter setiap generasi berbeda, tak terkecuali perempuan. Masing-masing individu tumbuh dengan kompleksitas masing-masing periode. Tak ada satu hal pun yang bisa dibanding-bandingkan. Salah satu hadis yang disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib adalah “Didiklah anak sesuai dengan zamannya, karena ia tidak hidup di zamanmu”, hal tersebut dapat kita cermati untuk digunakan sebagai bekal membersamai perjalan anak-anak kita kelak. Tidak mudah menjadi manusia yang terus belajar, tidak mudah membawa diri sendiri untuk selalu bertahan, tidak mudah menjadi perempuan yang terus berusaha mewujudkan impian. Namun, seluruh hal yang kita alami adalah sebuah kenyataan bahwa perempuan meskipun telah menjadi seorang Ibu tetap memiliki daya dan hak untuk terus meningkatkan kualitas taraf hidup dan menjadi seorang individu yang berdikari.

Patutnya pengabdian perempuan terhadap suami dan keluarganya, tak dijadikan sebuah boomerang untuk menyerang setiap langkah progresifnya menjadi padam. Patutnya kodratnya tak disandingkan dengan kultur-kultur domestik yang sebenarnya bisa dikerjakan bersama untuk mewujudkan relasi yang adil dan setara. Sebab, kemampuan multitasking yang melekat pada dirinya kerap dicadangkan sebagai kunci keteraturan dalam keluarga. Perempuan tidak rumit untuk dijelaskan, tanpa diketahui sering kali ia memeluk dirinya sendiri hanya untuk menyuapi kultur-kultur sialan yang harus hidup di pundaknya. 

Sumber Gambar: Freepik

Fathin Najla
/ Published posts: 2

Pegiat Pendidikan dan Perempuan, serta Ibu Satu Anak