136 views 3 mins 0 comments

Perempuan dan Standar Kecantikan

In Opini
October 01, 2023

Perempuan itu bukan persoalan cantik, namun bagaimana ia mengembangkan personality public-nya. Yang terpenting dari menjadi cantik adalah menjadi cerdas, karena peradaban lahir dari rahim perempuan. Bukan persoalan lahir dari rahim siapa? Keluarga mana? Namun, kamu siapa? Dan karyamu apa?

Hidup di perkotaan sudah tidak lagi memandang itu. Akan tetapi, bagaimana perempuan itu mampu bersosialisasi dan berkomunikasi, sehingga tidak lagi mempermasalahkan paras yang rupawan, tetapi kecerdasan yang menawan. Menyoal Inner beauty, saya pikir semua perempuan itu cantik, cantik sesuai bidangnya masing-masing. Namun, tak banyak perempuan yang menyadari itu, salah satu faktor penyebabnya adalah dari eksternal. Faktor ini berkaitan dengan definisi cantik yang pada dasarnya adalah sebuah karakter atau kriteria masing-masing individu, menjadi selera public yang kemudian dijadikan industri. Tolak ukur dari segi fisik hingga paras pun diperhitungkan, media yang semakin maju menampilkan beragam solusi untuk menjadi cantik sesuai pasar standar kecantikan. Jadi, apa definisi cantik itu?

Di Indonesia sendiri pun di setiap daerah, adat, dan suku memiliki perbedaan soal kriteria kecantikan, tak lupa juga di setiap negara memiliki kriterianya sendiri. Lantas, apa lagi yang dipermasalahkan para perempuan? Tidak ada yang salah dengan seorang perempuan. Tidak ada yang harus disesalkan karena menjadi perempuan. Tidak harus menyesali karena tidak berkulit putih, dengan tidak berbadan kurus, ataupun dengan tidak berparas menawan. Bukan tugas para lelaki untuk menilai, mengomentari, ataupun menentukan siapa pemenang perempuan tercantik. Bukan hak mereka, jangan terdikte pada kriteria dan pendapat orang lain. Perempuan berhak bahagia, berekspresi, berpendapat, dan tetap menjadi cantik bagaimana pun rupanya. Jangan bersedih jika ada yang berkata “kau hitam!”, bahkan yang berkulit putih pun terkadang mengeluh ingin berkulit gelap. Bukankah salah satu alasan orang asing datang ke Indonesia adalah untuk menggelapkan kulitnya? Jangan bersedih jika ada yang berkata “kau gendut”, bahkan yang kurus pun ingin menggendutkan badan. Jangan bersedih jika ada yang mengatakan kau jelek, bahkan yang cantik pun sering risih apabila digoda para lelaki.

Mengutip dari buku yang berjudul Nabi Muhammad Bukan Orang Arab karya Ach. Dhofir Zuhry, bab Sebagian Pekerti Nabi halaman 27. “beliau (nabi Muhammad SAW.) tidak pernah menyakiti binatang dan merusak tetumbuhan; nabi senantiasa menyantuni dan menghibur yatim-piatu serta fakir-miskin; senantiasa baginda memuliakan dan mengistimewakan perempuan.” 

Terlepas dari faktor eksternal, ada pula faktor internal bahwasanya kita sebagai perempuan terkadang kurang bersyukur akan potensi yang lebih penting dari kriteria cantik. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk memikirkan kekurangan. Tak perlu insecure, mari saling menguatkan, menjunjung tinggi martabat, dan saling berempati sesama perempuan. Bukankah itu esensi dari feminisme? Perempuan adalah manusia yang dimuliakan, multitalenta, nan hebat. Maka, berkaryalah, hidup ini akan sia-sia jika hanya bergelut dengan kekurangan. Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini? Mari saling menyemangati untuk hidup yang lebih berarti.

Sumber: freepik.com



Mega Maulida Ishak
/ Published posts: 4

Penikmat Intelektual