117 views 2 mins 0 comments

Membebaskan Ingatan Publik Tentang ’65

In Agenda, Kolektif
July 07, 2024

Memulai akhir pekan dengan berandai-andai untuk berjalan-jalan ke tempat wisata sudah lumrah. Akan tetapi, bila memulainya dengan melakukan aktivitas yang dapat mengasah otak, barang tentu langka, misalnya seperti yang dilakukan pegiat literasi Kota Malang yang telah menyelenggarakan diskusi bertajuk “Membebaskan Ingatan Publik Tetang 65: Diskusi Buku Embedded Remembering & Riwayat Terkubur” pada 6 Juli 2024 di Togamas Dieng. 

Kebanyakan khalayak mengetahui tahun ’65 sebagai salah satu peristiwa kekejaman PKI  atas pembunuhan jenderal. Namun, di sisi lain hal tersebut dibantah oleh banyak kalangan baik akademisi, sejarawan, maupun aktivis hak asasi manusia. Bagi mereka, dalang atas karut-marutnya peristiwa tersebut disebabkan oleh rezim Order Baru. Hal tersebut pun terkonfirmasi dari dua narasumber, yakni John Roosa dan Grace Leksana. 

John Roosa mempertegas di dalam diskusinya sore itu, bahwa kebanyakan korban yang dibantai atas peristiwa massal ’65 adalah orang-orang yang terafiliasi dengan PKI serta Gerwani. Dia pun menambahkan bahwa yang paling sulit dalam melacak pembantaian ’65 adalah penemuan kuburan massal hingga hari ini. Sebab, hampir 1000 lebih korban, namun sampai hari ini banyak kuburan korban tak ditemukan.

Ketika sesi tanya-jawab, salah satu peserta bertanya kepada dua narasumber, “Mengapa di dalam dunia pendidikan sejarah peritiwa pembantaian ’65 tak diajarkan secara jujur? Sedangkan kami diajarkan bahwa PKI adalah dalang atas peristiwa tersebut, ditambah dengan adanya film pembantaian para jendral…”

Hal paling menarik yang disampaikan oleh Grace Leksana bahwasanya kegagalan atas pendidikan sejarah kita hanya mengajarkan rentetan peristiwa yang terjadi, bukan cara berpikir kronologis akan peristiwa tersebut—demi mengetahui siapa, kapan, di mana, mengapa peristiwa itu terjadi, dan karena apa peristiwa itu terjadi. 

Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar, para peserta terus mengulik peristiwa tersebut dari dua pakarnya. Mungkin jika moderator tidak menghentikan diskusi, pertanyaan akan terus muncul. Dapat dinilai bahwa mereka memiliki antusias yang tinggi pada pembaasan ini. Walaupun forum sudah ditutup, diskusi tersebut tetap berlangsung di luar forum.