9187 views 11 mins 0 comments

Cerita Seks: Saya, Kenan, dan Alvira

In Isu, Kolektif
February 13, 2024

Pada suatu sore, saya dan Kenan sedang berbincang dan bersantai di sebuah kafe yang ada di daerah Joyogrand. Sebut saja kaffe X (pangkalan para aktivis). Di kafe ini, kita akan bercengkrama dengan muda-mudi, mahasiswa yang saling bertukar pikiran. Ada yang membicarakan tentang pesta politik, genosida israel, gembong narkoba Ekuador, dan lain sebagainya. Suasananya menjadi ramai dengan lagu Bang Iwan yang berjudul “Bung Hatta”.
Sembari menikmati kopi khas Dampit di kafe itu, Kenan membuka HP dan mengajak saya untuk melihat informasi terbaru tentang perempuan di aplikasi MiChat. Kenan merupakan salah satu dari sekian banyak mahasiswa Malang yang gemar “memesan” perempuan via MiChat untuk memadamkan nafsunya, dan… Kenan adalah penggemar MiChat kelas berat.


Memesan PSK dengan patokan harga yang kurang ajar. Saya menyebut Kenan adalah penggemar michat kelas berat. Bahkan, Kenan sendiri bisa tau harga transaksi yang pas hanya dengan melihat boarding house atau hotelnya saja. Bukan dari muka atau dari body-nya. Betapa luar biasanya prediksi Kenan. Menurut hemat saya, ia layak diberikan piala Oscars Awards.


Saya memilih untuk tidak terlalu fokus dengan tingkah Kenan. Karena, menyadari itu adalah hal yang konyol. Namun, Kenan terus memaksa dan memberi tawaran yang membuat saya menepuk jidat. Ia mau membayarkan biaya operasional itu secara gratis jika saya mau (traktir).


“Ikiloh cok delok’oo rongatus seket. Ayu temanan arek’e. lek gelem ta tumbas mbek kon pisan. Ta bayarin. Wis ojo mikir pacarmu. Lek gelem ta paranin sak iki”, kenang Kenan.


Tawaran itu sempat membuat saya merasa nggak enak sama sahabat sendiri. Tapi, jika dipikir-pikir itu adalah tindakan yang bodoh. Saya sangat menghormati pacar saya. Akhirnya, saya menolak penawaran itu.
“Goblokkkkkkk konnnn”, ujar Kenan.
Kenan tetap bersikukuh untuk memboking wanita yang katanya cantik itu. Berawal dari harga 450 ribu kemudian turun menjadi 200 ribu. Transaksi blunder ini terjadi karena, wanita itu mengatakan bahwa tempat tinggalnya di daerah Plaosan, Blimbing. Ternyata Kenan mengetahui rumah wanita itu ada di dekat rel kereta api. Dengan sengaja, Kenan mematok harga 200 ribu net. Meskipun ada sedikit percekcokan. Wanita itu pun mengiyakan dan menyuruh Kenan untuk segara datang ke rumahnya.


Berangkat menuju rumah PSK dan bersiap untuk melaksanakan niat. Tanpa basa-basi, Kenan langsung mengajak saya untuk berangkat ke Blimbing.
“Ayo cokkk, kon gak usah mblepu ndek jero. Kancani tok, aku wedih lek dewean”, kata Kenan.

Saya mengiyakan untuk sekedar menemani (sedikit penasaran dengan psk itu). Setelah itu, kami bergegas langsung menuju ke rumah wanita pesanan Kenan. Perjalanan dari Joyogrand menuju Plaosan menghabiskan waktu sekitar 20 menit. Ditimba macet dan lalu lalang kendaraan. Dan benar saja, rumah kecil itu menjadi dugaan yang pasti bagi Kenan untuk memberikan prediksi harga. Sungguh sebuah prediksi berkelas!!!
Setelahnya, Kenan menelpon wanita itu dari luar gang agar menghampiri kami yang sudah tak jauh dari rumahnya. Tak lupa, Kenan sempatkan waktu untuk membeli tambahan rokok Surya 12 dua bungkus untuk menenangkan hati saya yang akan menjaga “Pertempuran” mereka berdua. Istilahnya saya di sogok sebagai divisi keamanan.
Tak lama kemudian, wanita itu datang mendekati kami berdua, dan mengajak untuk masuk ke dalam rumahnya. Yang memiliki jarak 20 meter dari luar gang. Saya sempat was-was dengan keputusan Kenan yang terlalu mainstream ini.
Perkenalan dan Transaksi berjalan mulus, dan saya memilih duduk di ruang tamu
Setelah berada di dalam rumah, Kenan langsung melambungkan pertanyaan yang sangat terburu-buru.


“Main dimana?”,tanya Kenan.
“Di kamar mas. Mau langsung? Berdua atau Sendiri?, jawab wanita itu. “Ehh, dia sendiri mbak. Saya nggak mau!”, jawab saya nyocot.
Kemudian, wanita itu meminta bayaran di awal sebelum masuk ke kamarnya. Kenan langsung memberikan dua lembar uang seratus kepada wanita itu tanpa berkenalan terlebih dahulu. Dan terlihat dari wajah Kenan yang sangat tergesa-gesa. Saya hanya tersenyum mendengar percakapan singkat itu.

Kenan yang sudah tidak bisa menahan gejolak nafsunya langsung membawa wanita itu masuk ke dalam kamar dan memberikan sebungkus rokok kepada saya (melempar). Hahaha!

30 menit kemudian…………
Setelah setengah jam menunggu, akhirnya mereka berdua keluar dari dalam kamar. Entah durasi mainnya Kenan yang setengah jam atau hanya rebahan aja selama setengah jam. Hehehe, itu dugaan saya aja sih!

Terhitung sudah 10 batang rokok yang saya isap. Hari itu benar-benar membuat saya jadi seorang pemadat. Layaknya John Cena yang habis dimarahi istrinya karena kalah main slot!
Kenan dengan sisa tenaganya keluar tanpa baju dari dalam kamar. Disusul dengan wanita itu yang keluar menggunakan tengtop dan celana pendek. Seolah memberi umpan bagi saya yang tidak ikut bergabung tadi. Kemungkinan seperti itu, dugaan saya!
Setelah main, kami berkenalan dan berbagi cerita dengan PSK itu

Setelah usai dengan pelampiasannya, mereka berdua datang berbarengan dan menemui saya yang sedang rebahan di ruang tamu. Dengan nafas terpatah-patah, Kenan kembali bertanya ;
“Mblebu kono, giliran kon lek gelem”, ujar Kenan. “Gak wiss. Gak tegooo aku”, saya menjawab.
Wanita itu juga menawarkan dengan kalimat yang sama seperti yang diucapkan Kenan. Tapi saya tetap menolaknya dan mengatakan, kesini hanya untuk menemani Kenan.
Meskipun terlihat sedikit kesal, wanita itu pun mengajak kami untuk berkenalan. Disitu barulah kami mengetahui nama wanita cantik itu. Sebut saja “Alvira”. Wanita asli Bekasi ini benar-benar cantik sesuai dengan foto profil yang dia pajang di Michat. Alvira adalah satu dari empat belas PSK yang ada di daerah itu (kata Alvira). Mereka memiliki komunitas dan menyimpan sebuah kehidupan gelap disana. Lagi asyiknya bercerita, Kenan pun mulai bertanya-tanya tentang Alvira dan keluarganya.

“Disini tinggalnya sendirian aja ya mbak?, ujar Kenan.
“Enggak mas. Aku tinggal sama ade sama mama. Ade masih di kampus. Kalau mama, masih rawat inap di RS Saiful Anwar.”,kenang Alvira.
Saya dan Kenan langsung memberikan respon kaget mendengar mamanya di rawat inap. Alvira juga langsung menambahkan kalau mamanya sudah dua minggu di rawat karena kanker (tidak disebut jenis kanker apa, dan kami lupa menanyakannya). Disamping itu, Alvira juga mengatakan kalau dia adalah tulang punggung keluarganya. Dia membayar biaya kuliah adiknya dari awal masuk hingga sekarang. Adik Alvira masuk semester 4 saat ini dan berkuliah di salah satu kampus di Malang.

Kami menyadari bahwa membuka jasa “PSK” di Michat adalah jalan yang dia pilih sebagai pekerjaan tetapnya. Demi biaya kuliah sang adik dan biaya berobat ibunya. Saya pun berinisiatif meminta uang kepada Kenan. Uang yang menjadi jatah saya untuk main dengan Alvira.
“Kenan. Ndi duite?,kata saya.
Kenan kemudian mengira saya ingin mengajak Alvira melakukan hubungan badan. Alhasil, Kenan langsung memberikan uang Rp.200.000, buat saya. Saya dengan sengaja langsung memberikan uang itu untuk Alvira dengan tujuan membantu biaya berobat mamanya dan biaya kuliah adiknya. Kenan hanya terdiam dan terlihat dari wajahnya yang terheran-heran. Syukurnya Alvira langsung menerima uang itu dengan air mata berkaca-kaca menatap saya. (bantu seadanya)
“Ini uang buat berobat mama ya. Maaf saya dan Kenan hanya bisa ngasih segini. Semoga mama cepat sembuh ya”, ucap saya.
“Makasih banget ya mas. Mau nge-bantuin saya”, jawab Alvira.

Setelah itu, entah Alvira takutnya kami ragu dan tidak percaya dengan keadaan keluarganya, Alvira langsung menunjukan foto dan video ibunya yang terkapar di rumah sakit itu. Dan foto

biaya pembayaran SPP adiknya. Perasaan kami yang awalnya datang untuk bersenang-senang seketika hilang di terpa kisah Alvira yang rela menjadi seorang pekerja seks komersial demi keberlangsungan hidup keluarganya. Dengan melihat foto ibu dan adiknya, saya pun menilai bahwa Alvira adalah orang yang jujur.
Singkat cerita, setelah hampir tiga jam dirumah Alvira. Kami berpamitan dengannya. Saya jadi tahu tentang liku-liku kehidupan PSK dengan latar belakang yang bervariasi. Setelah mendengar bisikan kami yang berdengus mau pulang, pun Alvira langsung memotong perbincangan kami ; “Main-main kesini lagi mas, jangan sungkan.”,kenang Alvira.

Kami pun mengiyakan dan berpamitan. Refleksi;
Sebenarnya, saya sendiri pernah mewawancarai beberapa kawan saya yang bergelut di dunia “kupu-kupu malam”. Mereka semua memiliki alasan yang sama, yaitu masalah ekonomi.
Menurut hemat saya, kalian tidak perlu harus menjadi budak seks para pria hidung belang. Untuk mendapatkan banyak uang, bekerjalah pada pabrik-pabrik, rumah makan, penjaga stand, dan pelayan kafe. Lebih baik berkeringat karena usaha yang halal, daripada usaha telanjang yang jelas dilarang masing-masing agama. Ini bukan, persoalan cara cepat dan satu-satunya pilihan. Tetapi mengelola cara berpikir. Sebenarnya ada jutaan pilihan yang belum kamu telusuri. Kamu hanya menelusuri sepuluh pilihan dan mengatakan bahwa sudah menelusuri semuanya.

Saya melihat nasib Alvira ini hampir sama dengan Angeli – seorang sahabat (psk) yang saya liput di semilir.co dengan judul “Gelar Sarjana dan Kehormatanku”. Ini menjadi alasan saya untuk tidak perlu tahu banyak tentang kehidupan kelam Alvira. Dan pembelajaran yang diambil adalah sebuah kejujuran dari Alvira. Meskipun jalan hidup dan bebannya semakin berat, Alvira tetap menjunjung tinggi nilai kejujuran! Ingat pesan saya, PSK bukan satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan.

Sumber gambar: Freepik.com

Kristian Ndori
/ Published posts: 3

Pemuda Taman Firdaus