212 views 4 mins 0 comments

Bahasa Ibu: Bukti Perempuan Berhak Berpendidikan Layak

In Opini, Serba-serbi
January 21, 2024

Dalam konteks pendidikan untuk anak, seorang perempuan khususnya seorang ibu memiliki peran yang penting. Melalui seorang ibu, anak-anak didampingi dengan pemberian pengetahuan dan contoh yang baik. Tidak hanya sampai di situ, seorang ibu juga perlu menjawab atas pertanyaan anak-anaknya yang terkadang bisa kita bilang agak radikal. Contohnya ketika seorang anak bertanya kepada ibunya kenapa dia harus tidur siang, kenapa dia harus makan yang teratur, kenapa jangan tidur larut malam? Pertanyaan sederhana ini mungkin terkesan sepele tetapi dengan seorang  ibu yang berpengetahuan, jawabannya akan mempengaruhi imajinasi dan tumbuh kembang seorang anak. 

Pada usia yang masih anak-anak, bahasa ibu merupakan hal yang diperlukan untuk proses pendidikan seorang anak. Bahasa ibu memang memiliki berbagai penafsiran. Ada yang mengatakan bahasa daerah dan ada juga yang mengatakan bagaimana bahasa layaknya seorang ibu terhadap anaknya, baik berupa bahasa daerah maupun bahasa indonesia. Di antara dua definisi ini sebenarnya sama dalam tujuannya untuk mendidik seorang anak. 

Stigma Perempuan Berpendidikan Tinggi

Mungkin Sebagian dari kita masih sering mendengar ungkapan mengenai “ngapain perempuan berpendidikan tinggi? ujung-ujungnya juga di kasur, sumur, dan dapur”. Tidak hanya itu saja, ada juga yang seperti ini “ketika perempuan berpendidikan akan membuat lelaki minder kepada perempuan dan perempuan yang berpendidikan akan menyaingi seorang laki-laki”. 

Kedua ungkapan di atas hanya sedikit dari banyaknya stigma yang melekat pada perempuan. Padahal stigma itu pun belum tentu benarnya. Jika perempuan yang berpendidikan dianggap sebagai ancaman bagi lelaki, justru anggapan itu muncul akibat sifat laki-laki maupun lingkungan tersebut yang masih meyakini kultur patriarki. 

Perempuan yang berpendidikan tinggi justru memberikan beragam dampak positif bagi peradaban. Sebab seorang anak yang cerdas dan bijak dilahirkan dari rahim seorang ibu yang berpendidikan dengan asuhan yang baik. Maka dari itu, tidak adil dan etis jika yang berhak berpendidikan tinggi hanya seorang laki-laki saja. 

Ibu Adalah Madrasah Pertama Seorang Anak

Dalam kehidupannya, seorang anak akan melewati proses pendidikan dari keluarga, perguruan, dan pergerakan pemuda. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mendapatkan pendidikan untuk menjadi bekal dalam hidup demi kehidupannya kelak agar menjadi seorang yang merdeka. 

Ibu merupakan guru sekaligus madrasah pertama bagi seorang anak. Bersama ibu yang berpendidikan, seorang anak akan diasuh dan diberikan pendidikan yang baik pula. Semua aktivitas yang berkaitan dengan perkembangan anak akan betul-betul diperhatikan dengan baik. Upaya ini jelas akan sangat bermanfaat dalam pembentukan daya fikir dan potensi seorang anak kedepannya. 

Bahasa ibu menjadi sangat penting untuk anak saat proses mendidik berlangsung. Pemahaman ibu terkait maksud dan keinginan seorang anak juga termasuk sebagai pola pengasuhan yang patut dipelajari oleh seorang ibu. Di sinilah letak pentingnya bahasa ibu dan pendidikan yang layak untuk seorang perempuan, sebab anak yang dididik adalah anak-anak yang akan meneruskan peradaban nantinya.

Mengembalikan Perspektif Dalam Melihat Perempuan 

Secara kodrat memang terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki, hal ini yang perlu untuk kita ketahui secara bersama. Namun, jika kita berbicara pendidikan maka keduanya memiliki hak yang sama. Pendidikan bukan hanya milik laki-laki saja dan pengasuhan anak-anak juga bukan sepenuhnya milik perempuan/ibu. Maka dari itu, dalam pembagian peran diperlukan adanya kesepakatan bersama antara perempuan dan laki-laki. 

Ketika perempuan memiliki pendidikan yang layak sama seperti laki-laki, stigma-stigma di atas tadi perlahan akan bisa dirubah dan perempuan akan bisa keluar dari eksploitasi budaya patriarki. Maka dari itu, budaya patriarki yang begitu dominan dan telah mengkristal di masyarakat perlu untuk dirubah melalui entitas terkecil, yaitu diri sendiri dan keluarga. 

Dengan pendidikan yang setara, maka akan tercipta kesetaraan gender dalam kehidupan sosial masyarakat. 

Sumber gambar: Freepik.com

Muhammad Amin Syamsudin
/ Published posts: 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan yang Menyukai Senja