328 views 3 mins 0 comments

Tumbuh, Berakar, Berdaya di Festival Women Ngalam Bergerak

In Agenda, Kolektif
March 09, 2024

Rintik hujan malam itu membasahi hampir separuh kota sekitar pukul 7. Tak terlewat, salah satu titik yang bernama Roemah Kanjta—lokasi festival Women Ngalam Bergerak—turut dibasahinya. Lantunan musik tradisional mendominasi hampir seluruh ruangan di lokasi. Berdecak kagum para insan yang hadir hingga semakin khusyuk menikmati suguhan sang penari dengan topengnya.

Suguhan demi suguhan disajikan oleh para penampil satu demi satu. Puisi, monolog, pembacaan cerpen ditampilkan untuk mengekspresikan pengalaman-pengalaman perempuan. Keseluruhan aktivitas yang dilangsungkan sejak 7-8 Maret 2024 itu ditujukan untuk menyambut International Women’s Day 2024.

Ingar-bingar datang dari tiap-tiap ruang. Ruangan diskusi, mimbar bebas, workshop, pameran, lapak pernak-pernik, sharing tarot menjadi saksi bisu semangat para insan yang datang silih berganti. Mahasiswa, pelajar, pekerja, tua, muda, perempuan, laki-laki dan lainnya bertukar energi positif selama acara berlangsung. Kolektif maupun individu turut berpartisipasi aktif dalam menyusun hingga menyelenggarakan festival ini untuk sedikit menjawab bentuk-bentuk urgensi sosial yang terjadi.

Urgensi sosial hari ini diupayakan Women Ngalam Bergerak untuk tetap dibumikan. Hal itu berkenaan dengan isu-isu kesetaraan dan keadilan gender, inklusifitas, serta ruang aman untuk semua orang. Seperti yang disampaikan Aina (penampil puisi), dirinya berharap agar isu-isu gender semakin akrab di telinga banyak orang. Tak hanya itu, Nada (Sindikat Aksiata), sebagai salah satu yang terlibat, juga mengharapkan agar perayaan menyambut IWD dapat dilakukan di tengah-tengah masyarakat (seperti di kampung/balai RW) dan tidak di cafe saja, sehingga siapa pun dapat mengaksesnya. Selanjutnya, Nada menyampaikan bahwa tujuan festival ini adalah agar seluruh entitas dapat berjalan beriringan dan merawat relasi yang baik untuk memecahkan kekhawatiran bersama.

Kekhawatiran bersama tak bisa dipisahkan dari kekhawatiran dan persoalan individual. Mengubah pengalaman kelam menjadi sebuah karya merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang bisa dilakukan oleh setiap orang, tak luput Binar. Binar, bercerita tentang pengalamannya melalui zine yang dirilis pertama pada Festival ini. Dengan begitu, Binar kemudian berharap agar diskursus-diskursus mengenai gender tetap intens dilakukan dan tidak sekadar menjadi acara tahunan saja. Selain itu, ia menginginkan setiap orang mengetahui dan sadar bahwa apa yang mereka lakukan sehari-hari (seperti candaan seksis dan pelecehan verbal lainnya) bisa jadi merupakan bentuk ketidakadilan gender. Cerita pengalaman Binar tentang pelecehan seksual yang diadaptasi menjadi zine dapat dibaca dalam bentuk artikel lengkap di sini.

Segala niat kebaikan selalu bersambut dengan kebaikan pula. Melihat antusias dan animo seluruh entitas yang terlibat pada Festival Women Ngalam Bergerak lantas menjadikan harapan dan tujuan tidak terasa berat dan jauh untuk dicapai. Hal positif seharusnya dapat menyadarkan kita bahwa tujuan dan cita-cita bersama harus diupayakan bersama pula, tanpa ada pihak yang ditinggalkan.

Kepulan asap rokok dan rintik hujan pelan-pelan sirna dari pandangan mata. Bersamaan dengan itu pula, para insan satu persatu meninggalkan lokasi dan mengantongi bekal serta energi positif untuk dibagi lagi di kemudian hari. Langit gelap semakin tegas menyelimuti seluruh kota. Setiap orang kembali pada urusannya masing-masing.

-CP