235 views 5 mins 0 comments

Menerka Pergerakan Perempuan Hari Ini

In Opini, Serba-serbi
February 02, 2024

Dalam beberapa tahun belakangan, sering kita dengar istilah patriarki dan feminisme menjadi bahan pembicaraan khalayak. Pembahasan keduanya ini hadir bersamaan dengan perdebatan yang bersifat kontradiktif. Dikotomi keduanya selalu diwarnai dengan berbagai perbedaan pandangan antara perempuan dan laki-laki. Seyogianya, perdebatan antara feminisme dan budaya patriarki ini tidak berporos kepada permusuhan yang terkait dengan perbedaan gender atau seks yang dimiliki. Akan tetapi, perdebatan atas kesenjangan atau ketidaksetaraan serta diskriminasi berdasarkan gender atau seks yang dialami mereka, terutama yang dialami oleh perempuan. 

Suluh Api Perempuan Masa Lalu

Pemikiran  pergerakan perempuan pada abad XIX tidak terlepas dari pengaruh gerakan perempuan di berbagai belahan Dunia Barat dan kemudian sampai ke Indonesia. Di Indonesia sendiri pengaruh tersebut muncul dalam keragaman ideologi, yang berkembang pada masa kolonialisme, imperialisme yang kemudian memunculkan terjadinya beberapa organisasi pergerakan nasional Indonesia. 

Gerakan perempuan (feminisme) bukan sekadar sebuah perlawanan biasa, melainkan sebuah gerakan perlawanan serta kesetaraan bahwa perempuan-perempuan masa kini tidak seperti perempuan di era priyayi. Seperti di masa feodalisme yang diceritakan Pramoedya Ananta melalui buku yang berjudul Gadis Pantai, yang di mana perempuan hanya dijadikan sebagai pemuas hasrat nafsu (gundik) para kaum priyayi masa lalu.

Akan tetapi, sebuah perlawanan dilakukan untuk melawan penindasan terhadap ketidaksetaraan perempuan. Bangsa kita memiliki banyak perempuan hebat di setiap masanya, seperti Kartini, Cut Nyak Dhien, dan Dewi Sartika. Perempuan hebat di masa lalu inilah yang melakukan emansipasi perempuan dalam memperjuangkan hak-hak kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Perjuangan di masa lalu membuat perempuan tidak hanya dipandang sebagai ibu rumah tangga semata, yang bekerja melayani suami dan dapurnya. Stigma negatif masyarakat yang memandang bahwa pendidikan itu dikhususkan untuk laki-laki di mana pada masa yang akan datang laki-laki dijadikan pemimpin bagi keluarga maupun negara.

R.A kartini merupakan salah satu dari banyaknya perempuan di masa itu yang berani untuk membangkitkan spirit perjuangan perempuan untuk melawan kolonialisme saat itu. Kartini berperan penting dalam pergerakan perempuan terutama di bidang pendidikan. Ia mengkritik ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan waktu itu, khususnya sulitnya akses pendidikan bagi perempuan, dan masih tingginya anggapan masyarakat bahwa perempuan yang menuntut ilmu itu justru sebuah hal yang tabu, alasan itulah Kartini mengkritik hal tersebut. 

Perlawanan Kartini pun tidak mudah diwujudkannya. Namun, ia tidak menyerah untuk mendapatkan keadilan yang layak untuk perempuan bangsa ini, terutama akses pendidikan bagi kaum perempuan dan kesetaraan kesempatan sama dengan laki-laki. Gagasan dan pemikiran Kartini mampu memberikan cahaya terang bagi  kaum perempuan yang menginginkan kesempatan mendapatkan pengetahuan yang luas.

Perlawanan Perempuan Hari Ini

Pada masa sekarang, organisasi yang bergerak pada isu gender tumbuh subur di negeri ini. Kesemuanya menuntut kesetaraan bagi perempuan. Begitupun sekarang perempuan tidak hanya sekadar menjadi cerita-cerita kelam masa lalu yang sering dituliskan oleh para penulis di masa lampau maupun sebagai pemenuhan kuota di dalam persyaratan pemilihan legislatif pemerintah saja, tetapi sebagai jalan bagi perempuan-perempuan untuk melakukan sebuah gerakan pembaharuan yang baru.

Akan tetapi, apakah pemerintah mengapresiasi hadirnya pergerakan organisasi-organisasi perempuan tersebut? Mungkin sebagian mengapresiasi, tetapi ada sebagian yang mengkritik ataupun tidak mengapresiasi pergerakan perempuan seperti ini.

Mengambil cerita di salah satu desa di ujung selatan sumatera, terdapat salah satu wanita yang sudah hampir 20 tahun bergerak di organisasi perempuan di desanya. Dirinya melakukan berbagai inovasi pembaharuan bagi perempuan, namun nasib nahas yang dialaminya beberapa tahun lalu wanita tersebut dilengserkan dari organisasi perempuan itu dengan alasan yang tidak jelas. Cerita tersebut membuat organisasi perempuan hanyalah sebuah organisasi yang hadir demi formalitas saja tanpa diakui oleh negara.

Seyogianya pemerintah perlu mengapresiasi serta membantu organisasi perempuan untuk kemajuan bangsa ini. Pergerakan perempuan tidak harus mati di era sekarang, pergerakan perempuan harus selalu menjadi garda terdepan untuk melakukan berbagai inovasi baru dan sejatinya perempuan bukan hanya sekedar menjadi pihak yang harus bekerja di dapur ataupun melayani kehidupan suami dan anak-anaknya, melainkan juga menjadi garda terdepan untuk melakukan perlawanan terhadap penindasan-penindasan di sekitarnya.

Sumber Gambar: Freepik.com

Raza Ar Rifki
/ Published posts: 1

Seorang pelajar yang suka baca buku kanan dan kiri dan suka makan